Minggu, 01 Mei 2016

METODOLOGI PENELITIAN



MARAKNYA PENGEMIS DI KOTA BANDA ACEH

Penelitian ini mengkaji tentang permasalahan semakin maraknya pengemis yang berkeliaran di kota Banda Aceh. Selama beberapa hari terakhir saya telah mencoba melakukan penelitian mengenai banyaknya pengemis yang masih berkeliaran di sudut-sudut kota Banda Aceh. Saya mencoba meneliti di suatu tempat yang saya jadikan sebagai objek penelitian. Dan saya memilih kawasan SPBU Lamnyong sebagai tempat penelitian.

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa pengemis adalah orang yang meminta-minta uang kepada orang lain demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Pada umumnya pengemis dapat kita jumpai di kota-kota besar, salah satunya di kota Banda Aceh.

Pada hari itu, tepatnya di hari Kamis tanggal 28 April 2016 pukul 10 pagi, ketika saya hendak mengisi bensin di SPBU Lamnyong, secara tidak sengaja saya menjumpai seorang pemuda yang kira-kira umurnya sekitar 30 tahun ke atas. Saya melihat ia  duduk di pinggiran jalan, dengan teriknya sinar matahari, dan tidak ada sedikit karton ataupun tikar agar menjadi tempat yang ia duduki, disana ia duduk bersentuhan langsung dengan aspal yang panas. Lalu saya mencoba meneliti tentang apa-apa saja yang di lakukan oleh si pengemis agar ia diberikan uang oleh masyarakat sekitar, dan lalu bagaimana keadaan fisiknya.

            Disana saya melihat si pengemis itu duduk sambil menadahkan tangan kanannya tanpa menggunakan gelas, kotak kecil, topi, ataupun benda lainnya yang dapat di masukkan uang, melainkan hanya dengan tangan kosong. Dan ia juga tidak mengeluarkan suara sedikitpun seperti meminta-minta tolong agar ia di kasihani oleh orang yang melihat keadaannya seperti itu. Tampak disana ia mengalami cacat fisik dan cacat mental. Kakinya pincang, ia sudah tidak bisa berjalan dengan baik lagi layaknya seperti orang normal. Jiwanya sudah terganggu, tingkah lakunya persis seperti anak kecil yang tidak tahu-menahu, ia menggerak-gerakkan kepalanya ke sisi kiri dan kanan seperti orang bodoh, pada intinya yang saya perhatikan ia sudah tidak mengenal lagi akan siapa dirinya, sehingga ia bertingkah laku layaknya orang sakit jiwa. 



Kemudian, pada saat itu juga saya melihat ada salah seorang petugas dimobil SPBU, ia memberikan uangnya kepada si pengemis itu dengan cara melempar nya dari atas mobil dan meneriaki si pengemis, pengemis itu tidak mengatakan apa-apa, melainkan hanya diam dan langsung memasukkan uang nya kedalam saku dibajunya. Dalam artian, bahwa si pengemis itu sudah tidak lagi memiliki pola pikir yang baik dan cara berinteraksi dengan orang lain, ia tidak sadar lagi akan harga dirinya dilecehkan pada saat itu, yang ia ketahui hanyalah mendapatkan uang selebihnya ia tidak mau tahu. Karena jika kita pikir lagi, cara memberi  uang yang dilakukan oleh petugas SPBU itu adalah cara yang sangat melecehkan harga diri seseorang, sekalipun dia seorang pengemis.

Saya sempat bertanya kepada salah seorang petugas bensin di SPBU Lamnyong mengenai keadaan pengemis tersebut. Konon kata petugas bensin tersebut, bahwa si pengemis itu setiap paginya di antar oleh seorang bapak-bapak ke SPBU itu untuk mengemis dengan mengendarai sepeda motor, di siang harinya ia di antarkan sebungkus nasi oleh bapak itu lagi, dan kemudian di sore hari nya ia di jemput kembali. Begitulah hasil penelitian yang saya dapatkan mengenai pengemis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar