MARAKNYA
PENGEMIS DI KOTA BANDA ACEH
Penelitian ini mengkaji
tentang permasalahan semakin maraknya pengemis yang berkeliaran di kota Banda
Aceh. Selama beberapa hari terakhir saya telah mencoba melakukan penelitian
mengenai banyaknya pengemis yang masih berkeliaran di sudut-sudut kota Banda
Aceh. Saya mencoba meneliti di suatu tempat yang saya jadikan sebagai objek
penelitian. Dan saya memilih kawasan SPBU Lamnyong sebagai tempat penelitian.
Seperti yang telah kita
ketahui, bahwa pengemis adalah orang yang meminta-minta uang kepada orang lain
demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Pada umumnya pengemis dapat kita jumpai di
kota-kota besar, salah satunya di kota Banda Aceh.
Pada hari itu, tepatnya
di hari Kamis tanggal 28 April 2016 pukul 10 pagi, ketika saya hendak mengisi
bensin di SPBU Lamnyong, secara tidak sengaja saya menjumpai seorang pemuda
yang kira-kira umurnya sekitar 30 tahun ke atas. Saya melihat ia duduk di pinggiran jalan, dengan teriknya
sinar matahari, dan tidak ada sedikit karton ataupun tikar agar menjadi tempat
yang ia duduki, disana ia duduk bersentuhan langsung dengan aspal yang panas.
Lalu saya mencoba meneliti tentang apa-apa saja yang di lakukan oleh si
pengemis agar ia diberikan uang oleh masyarakat sekitar, dan lalu bagaimana
keadaan fisiknya.
Disana saya melihat si pengemis itu
duduk sambil menadahkan tangan kanannya tanpa menggunakan gelas, kotak kecil,
topi, ataupun benda lainnya yang dapat di masukkan uang, melainkan hanya dengan
tangan kosong. Dan ia juga tidak mengeluarkan suara sedikitpun seperti
meminta-minta tolong agar ia di kasihani oleh orang yang melihat keadaannya
seperti itu. Tampak disana ia mengalami cacat fisik dan cacat mental. Kakinya pincang,
ia sudah tidak bisa berjalan dengan baik lagi layaknya seperti orang normal.
Jiwanya sudah terganggu, tingkah lakunya persis seperti anak kecil yang tidak
tahu-menahu, ia menggerak-gerakkan kepalanya ke sisi kiri dan kanan seperti
orang bodoh, pada intinya yang saya perhatikan ia sudah tidak mengenal lagi
akan siapa dirinya, sehingga ia bertingkah laku layaknya orang sakit jiwa.
Kemudian, pada saat itu
juga saya melihat ada salah seorang petugas dimobil SPBU, ia memberikan uangnya
kepada si pengemis itu dengan cara melempar nya dari atas mobil dan meneriaki
si pengemis, pengemis itu tidak mengatakan apa-apa, melainkan hanya diam dan
langsung memasukkan uang nya kedalam saku dibajunya. Dalam artian, bahwa si
pengemis itu sudah tidak lagi memiliki pola pikir yang baik dan cara berinteraksi
dengan orang lain, ia tidak sadar lagi akan harga dirinya dilecehkan pada saat
itu, yang ia ketahui hanyalah mendapatkan uang selebihnya ia tidak mau tahu. Karena
jika kita pikir lagi, cara memberi uang
yang dilakukan oleh petugas SPBU itu adalah cara yang sangat melecehkan harga
diri seseorang, sekalipun dia seorang pengemis.
Saya sempat bertanya
kepada salah seorang petugas bensin di SPBU Lamnyong mengenai keadaan pengemis
tersebut. Konon kata petugas bensin tersebut, bahwa si pengemis itu setiap
paginya di antar oleh seorang bapak-bapak ke SPBU itu untuk mengemis dengan
mengendarai sepeda motor, di siang harinya ia di antarkan sebungkus nasi oleh
bapak itu lagi, dan kemudian di sore hari nya ia di jemput kembali. Begitulah
hasil penelitian yang saya dapatkan mengenai pengemis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar